twitter
rss


SEA GAMES XXVI
            Bagi Indonesia menjadi tuan rumah di ajang olahragara SEA GAMES XXVI ( Southeast Asian Games ) yang diikuti oleh sebelas Negara di Asia Tenggara adalah ajang pertaruhan citra Indonesia. Pada ajang ini perwakilan dari setiap kontingen berjuang untuk mengharumkan nama Indonesia. Menjadi tuan rumah di SEA Games XXVI seharusnya dijadikan kesempatan bagi Indonesia untuk menunjukkan bahwa Indonesia mampu bersaing di dunia.
            Indonesia sudah tiga kali tercatat sebagai tuan rumah untuk ajang olahraga seAsia Tenggara ini, yaitu SEA Games ke-10 1979, ke-14 1987 dan ke-19 1997. Selama tiga kali penyelenggaraan, Indonesia selalu menjadi juara umum. Namun, pada pelaksanaan SEA Games ke 26 tahun ini  yang akan di adakan di empat propinsi yang berbeda di Indonesia dinilai kurang persiapan. Dua bulan sebelum pelaksanaan SEA Games, panitia  menemui jalan buntu, sebagai akibat belum selesainya pembangunan sarana dan prasarana olahraga yang diperlukan. Situasi Jakabaring Sport City  saat itu memang  masih meragukan,  tanah galian yang berserakan, alat-alat berat dan truk angkutan material hilir-mudik, dan debu musim kemarau membuncah setebal-tebalnya. Melihat kondisi seperti itu berbagai pihak menyarankan bahwa pelaksanaan SEA Games lebih baik di undur atau dipindahkan. 

            Tapi sebagai tuan rumah SEA Games, Indonesia memiliki Peluang besar untuk kembali merebut gelar juara umum seperti tahun-tahun sebelumnya. Disamping itu persiapan dari setiap kontingen cabang olahraga mampu diandalkan walaupun persiapan fasilitas dianggap kurang. Indonesia sebenarnya memiliki atlet-atlet yang membanggakan dan dapat disebut sebagai pahlawan pengharum nama Bangsa. Namun, nama atlet Indonesia untuk SEA Games tahun ini terasa hambar bahkan hampir-hampir tak pernah disorot, padahal mereka akan membawa nama negara di ajang regional. Mereka berjuang bukan atas nama pribadi. Ada bendera merah putih yang berkibar ketika mereka meraih medali emas.
            Berbagai media hanya mengekspos kekurangan dari persiapan panitia untuk SEA Games. Ditambah lagi Indonesia juga terlalu sibuk memberitakan dan mengemparkan masalah-masalah lain terutama masalah korupsi dan pergantian/perombakan kabinet sehingga amor SEA Games secara tidak langsung kalah. Karena kurangnya pemberitaan SEA Games di Media, masyarakat pun rasanya kurang menanggapi pelaksaan SEA Games, semuanya dianggap biasa-biasa saja. Mereka hanya berkomentar tentang kekurangan persiapan panitia SEA Games tanpa memberi dukungan atau sambutan sedikitpun kepada kontingen yang akan membawa nama Indonesia di ajang tersebut. Akhirnya berbagai cara dilakukan untuk meminta dukungan masyarakat misalnya melalui Facebook ataupun twitter yang marak digunakan warga Indonesia sekarang, namun setelah ditengok ternyata peminat atau pengunjung dari situs SEA Games tersebut tidak lebih dari 15% penduduk Indonesia.
            SEA Games tahun ini tidak se-istimewa tahun-tahun sebelumnya, dimana dulu SEA Games selalu dinanti dan disambut secara meriah oleh masyarakat. Namun disamping semua itu masih ada  masyarakat yang masih peduli dengan nama Indonesia, dan mereka mengharapkan bahwa kontingen Indonesia mampu membawa medali emas 25 persen dari 545 medali emas yang diperebutkan. Kisaran 145 hingga 150 medali emas wajib didulang kontingen Indonesia untuk menjadi juara umum SEA Games. Targetan juara umum jika dilihat di atas kertas amat realistis. Indonesia memiliki banyak cabang yang potensial untuk mendulang emas. Cabang seperti angkat besi, bulutangkis, paragliding, karate, pencak silat, dayung dan kano menjadi andalan kontingen kita mendulang emas. Ada ataupun tidak ada dukungan dari masyarakat, kontingen dari setiap cabang olahraga berani tampil dan akan membuktikan bahwa mereka mampu membawa nama Indonesia di posisi tertinggi di ajang Regional yang bergengsi walaupun dengan segala kekurangan.

0 komentar:

Posting Komentar